A. Pengertian Pendekatan
Pendekatan menurut
Edwar M.Anthoni, 1963 adalah seperangkat asumsi korelatif yang menangani
hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan pembelajaran bahasa. Pendekatan bersifat
aksiomatik. Metode merupakan rencana keseluruhan penyajian bahasa secara rapi,
tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi dan kesemuanya itu
didasarkan pada pendekatan terpilih. Metode bersifat prosedural. Di dalam satu
pendekatan mungkin terdapat banyak metode. Teknik merupakan suatu muslihat,
tipu daya dalam menyajikan bahan. Teknik harus sejalan dengan metode dan serasi
dengan pendekatan. Teknik bersifat implementasi. Richards & Rodgers,1986 menyempurnakan
pendapat Anthoni. Mereka menambahkan peran guru, siswa bahan, tujuan silabus
dan tipe kegiatan dan pengajaran pada segi metode, sehingga muncul istilah
desain atau rancang-bangun.istilah teknik diganti dengan istilah prosedur.
Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangakat asumsi mengenai
hakikat bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa.
B. PEMBELAJARAN
KELAS RENDAH
Karakteristik Siswa Kelas Rendah Tingkatan
kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas
tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan
kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992:
44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12
tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9
tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia
dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi
kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Berkaitan
dengan hal tersebut, ada beberapa tugas perkembangan siswa sekolah (Makmun,
1995: 68), diantaranya:
a) mengembangkan
konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari,
b) mengembangkan
kata hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai,
c) mencapai
kebebasan pribadi,
d) mengembangkan
sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial. Beberapa
keterampilan akan dimiliki oleh anak yang sudah mencapai tugas-tugas
perkembangan pada masa kanak-kanak akhir dengan rentang usia 6-13 tahun
(Soesilowindradini, ttn: 116, 118, 119).
Keterampilan
yang dicapai diantaranya, yaitu social-help skills dan play skill. Social-help
skills berguna untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat
bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi. Keterampilan ini
akan menambah perasaan harga diri dan menjadikannya sebagai anak yang berguna,
sehingga anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif). Dengan keterampilan ini
pula, anak telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelamin, mulai
berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan
mandiri. Sementara itu, play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti
melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang terampil dapat membuat
penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat. Anak telah
dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda
dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk
dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Pertumbuhan fisik sebagai salah
satu karakteristik perkembangan siswa kelas rendah biasanya telah mencapai
kematangan. Anak telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Untuk
perkembangan emosi, anak usia 6-8 tahun biasanya telah dapat mengekspresikan
reaksi terhadap orang lain, mengontrol emosi, mau dan mampu berpisah dengan
orang tua, serta mulai belajar tentang benar dan salah. Perkembangan kecerdasan
siswa kelas rendah ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi,
mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya
perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya
pemahaman terhadap ruang dan waktu. Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Rendah
Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang
telah dikembangkan oleh guru. Proses pembelajaran harus dirancang guru sehingga
kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian sesuai dengan
tahapan perkembangan siswa. Hal lain yang harus dipahami, yaitu proses belajar
harus dikembangkan secara interaktif. Dalam hal ini, guru memegang peranan
penting dalam menciptakan stimulus respon agar siswa menyadari kejadian di
sekitar lingkungannya. Siswa kelas rendah masih banyak membutuhkan perhatian
karena focks konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan
aktivitas belajar juga masih kurang. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam
menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif. Piaget (1950)
menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan
dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya,
setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem
konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada
dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui
proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam
pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsepkonsep dalam pikiran untuk
menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan
membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara
seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi
dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka perilaku belajar anak
sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua
hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi
dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar
berada pada tahapan operasional konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai
menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:
1. Mulai
memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain
secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak,
2. Mulai
berpikir secara operasional,
3. Mempergunakan
cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda,
4. Membentuk
dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan
mempergunakan hubungan sebab akibat, dan
5. Memahami
konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan
tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah
dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
1. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit
yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan
titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan
bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
2. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai
suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin
ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum
ke bagian demi bagian.
3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap
mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan
antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .
C. JENIS-JENIS
PENDEKATAN
Berikut murupakan
macam- macam pendekatan pengajaran bahasa, di antaranya adalah:
a.
Pendekatan Tujuan
b.
Pendekatan Komunikatif
c.
Pendekatan Ketrampilan Proses
d.
Pendekatan Struktural
e.
Pendekatan Whole Language
f.
Pendekatan Kontekstual
g.
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
1.
Pendekatan Tujuan
Pendekatan
tujuan ini dilandasi oleh pemikiran, bahwa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu adalah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat
ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana
yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses
belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan, untuk mencapai
tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan
pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan,
maka yang penting ialah tercapainya tujuan yakni siswa memiliki kemampuan
mengarang. Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara
belajar tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar
mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang
mengikuti pelajaranitu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan
oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. Jika
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab
dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran dapat
dianggap berhasil.
2.
Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu
pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap
bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau
tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan pada
pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, mofologi, dan
sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan
suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat
dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
3.
Pendekatan Keterampilan
Proses Pendekatan keterampilan adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan
ketrampilan proses dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi keterampilan intelektual,
keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Keterampilan proses berfungsi
sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan
atau dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses.
Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep
dalam proses belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa.
Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis,
objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama,
rajin, dan sebagainya. Keterampilan proses dibangun sejumlah
keterampilan-keterampilan. Karena itu pencapainnya atau pengembangannya
dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran.
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam
penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan ini merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan dasar untuk
memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang meliputi beberapa
kemampuan seperti:
a) Kemampuan
mengamati Merupakan salah satu ketrampilan yang sangat penting untuk memperoleh
pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalm pengembangan ilmu
pengetahuan. Pengamatan dilaksanakan denagan memanfaatkan seluruh panca indara
yang mungkin bias digunakan untuk memperhatikan hal-hal yang diamati. Kemudian,
mencatat apa yang diamati, memilih-milih bagiannya berdasarkan criteria
tertentu berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan
menulis hasilnya.
b) Kemampuan
menghitung Salah satu kemapuan yang penting dalm kehidupan sehari-hari.
c) Kemampuan
mengukur Dasar dari pengukuran ini adalah perbandingan. Dalam penajaran
apresiasi sastra misalnya, kegiatan pengukuran dapat berupa telaah (kajian
lebih dalam) terhadap suatu karya sastra denagan menggunakan kriteria
nilai-nilai estetika, moral, dan nilai pendidikan.
d) Kemampuan
mengklasifikasi Merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu
yang berupa benda, akta, informasi, dan gagasan.. pengelompokan ini didasarkan
pada karakteristik atau cirri-ciri yang sama dalam satu tujuan. Dalam
pembelajan bahasa Indonesia, kemampuan ini misalnya berupa kemampuan membedakan
antara opini dan fakta dalam suatu wacana dan mengelompokkan karya sastra
berdasarkan cirri strukturnya.
e) Kemampuan
menemukan hubungan Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah fakta, informasi,
gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kemampuan ini diwujudkan dalam kemampuan
siswa menentukan hubungan antara fakta yang terdapat dalam bacaan untuk
membangun pemahaman kritis dan kreatif terhadap bacaan.
f) Kemampuan
membuat prediksi Kemampuan membuat prediksi atau perkiraan yang didasari
penalaran, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Kemampuan membuat prediksi disebut juga kemampuan menyusun
hipotesis.
g) Kemampuan
melaksanakan penelitian Merupakan kegiatan para ilmuan dalam kehidupan ilmiah.
Namun dalam kehidupan sehari-hari kita juga perlu mengadakan penelitian.
Artinya, mengadakan pengkajian terhadap sesuatu untuk memecahkan masalah yang
kita hadapi.
h) Kemampuan
mengumpulkan dan menganalisis data Merupakan bagian dari kemampuan menagdakan
penelitian. Siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data, baik
dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Anak-anak dilatih untuk mengumpulkan
data dalam pengamatan lapangan, kemudian meganalisis data tersebut dan membuat
kesimpulan.
i)
Kemampuan mengkomunikasikan hasil Misalnya siswa
dilatih untuk menyusun laporan hasil pengamatan, kemudian mempresentasikannya
didepan kelas dalm sebuah kegiatan diskusi. Selain itu, siswa di latih untuk
menyusun laporan singkat tentang apa yang mereka teliti untuk dipublikasikan
melalui majalah sekolah atau majalah dinding. Keterampilan proses berkaitan
dengan kemampuan. Oleh karena itu penerapan keterampilan proses diletakkan
dalam kompetensi dasar. Keterampilan proses juga dikenali pada instruksi yang
disampaikan oleh guru kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu. Contoh:
Kompetensi Dasar: Siswa dapat menyusun sebuah pengumuman sebagai sarana
menyampaikan informasi (keterampilan proses yang tersirat dalam kompetensi
dasar adalah mengkomunikasikan).
4. Pendekatan
Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan
pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak
terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990; Goodman,1986; Weaver,1992). Whole
language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang
pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengertian dari whole language adalah suatu pendekatan
pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham constructivism.Whole language
dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan
keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara
terpadu. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang
menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga memungkinkan siswa memilih
materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini
adalah:
(a) Membaca
adalah kegiatan penting yang menyenangkan
(b) Membaca
dapat dilakukan oleh siapapun
(c) Membaca
berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut
(d)Siswa
dapat membaca serta dapat berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup
lama
(e) Guru
percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca
(f) Siswa
dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang
5.
Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan
persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan
dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya.
6.
Pendekatan
Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang
bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran
bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat
keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui
dan menghargai saling ketergantungan bahasa. Pendekatan komunikatif merupakan
pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa
dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran
bahasa. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan
kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif
maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas
dari konteks.
7.
Pendekatan CBSA
Pengertian pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif )
dapat diartikan sebagai anutan
pembelajaran yang mengarah kepada pengotimalisasian pelibatan
intelektual-emosianal siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik
siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/ fisik siswa
optimalisasi dalam pembelajran , diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana
belajar memperoleh dan memproses pemerolehan belajarnya tentang pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai. Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjuk kepada
keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional, meskipun untuk
merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan keterlibatan
langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar